Asal Usul Kata 'Gudil'


Mungkin anda para pembaca agak bingung ketika mengetahui bahwa nama dari blog ini adalah 'GUDILER'. Memang aneh karena nama ini juga didapatkan secara tak wajar. Sebelum melanjutkan cerita, saya minta maaf karena artikel yang satu ini agak melenceng dari tema blognya. Mari kita lanjutkan.


Pada suatu hari yang panas, aku dan adikku, Ganoeng (nama samaran), sedang berjalan-jalan di pinggir pantai. Ketika sedang bercanda ria, aku tergoda untuk menginjak kaki adikku supaya dia jatuh. Kejadian pun terjadi. Ia jatuh dengan gaya yang indah (mirip penari lagi nungging). BRAKK!! ia terjatuh.

Melihat ia terjatuh karena ulahku sangatlah lucu, aku mulai tertawa kecil walau mulutku menganga dengan lebarnya. Tak lama kemudian mukanya mulai memerah, pertanda awal sebuah kemamarahan. Karena reflek melihat orang marah, diriku langsung melarikan diri dari amukannya. Sebuah acara kejar-kejaran dramatis terjadi (mirip termehek-mehek ^^).

Lari dan berlari, itulah yang kulakukan. Ketika stamina mulai turun. Sempat terlintas di benakku untuk memanjat pohon bakau dan aku pun melakukannya (syukur jantung ini tak meledak). Mengingat adikku yang kurang pandai memanjat pohon, ia hanya terdiam di bawah pohon sambil melihat sekelilingnya dengan harapan ada benda yang bisa ia lemparkan. Allah masih berpihak kepadaku, Ganoeng hanya mendapat karang besar yang pastinya tak bisa ia lemparkan. Mukanya makin memerah, ia mulai mengumpat dari nama-nama hewan yang ada di kebun binatang hingga para hantu dan setan paling fenomenal di tahun 2010 (hal yang paling saya benci dari anak-anak jaman sekarang, yang jelas saya ndak kaya gitu).

Karena sudah kehabisan kata-kata, Ganoeng mulai menyebutkan nama berbagai penyakit. Secara tak sadar ia mengucapkan kata 'Kutil' namun mulutnya belum bekoordinasi dengan baik sehingga ia memplesetkannya menjadi 'Gudil'. Tiba-tiba aku pun terdiam mendengar ucapannya, seperti orang yang baru mendapat sebuah ilham. Aku meloncat turun menghampiri adikku, ia juga terdiam. aku pun menepuk pundaknya seakan aku merasa bangga terhadapnya karena telah melakukan sesuatu yang benar. Mukanya mulai menunjukkan warna merah padam. Aku pun menyatakan kata maaf karena kini aku mendapat nama yang bagus untuk blog milikku saat ini. Seketika adikku membalasnya seraya menendang t*t*t-ku lalu lari dengan tawanya yang khas, kini kejar-kejaran dramatis terjadi kembali.


2 komentar:

  1. untung adiknya gak bilang 'panu'....he..he....salam hormat sob

    BalasHapus
  2. Iya. Syukur Alhamdulillah, dia gk ngucapin panu, klo itu trjadi. bog ini jadi gnti alamat jadi PANU.BLOGSPOT.com, syukur2

    BalasHapus