Di Tanzia, tikus bukanlah sebuah hama yang menyebalkan, melainkan sebagai pembantu dokter. Cricetomys gambianus, tikus dari gurun sahara dapat mendeteksi penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis pada air liur manusia. Sang hewan pengerat dengan indra penciumannya mampu menemukan 1 sampel bakteri TBC dalam waktu 30 menit, bandingkan dengan alat canggih mikroskopis milik ilmuwan yang dapat mendeteksi 20 sampel dalam waktu 1 hari.
Hewan omnivora ini akan menghampiri air liur yang tidak terinfeksi. Hasil studi pertama pada Juli 2004 di Sokoine University of Agriculture menyatakan tingkat akurasi sebesar 77%. Penelitian terus dilanjutkan hingga mendapatkan nilai valid yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar